Kisah Sukarno 'Menggali' Salah Satu Butir Pancasila

Jakarta - Sukarno menjalani perenungan yang panjang sebelum mengusulkan lima prinsip yang menjadi cikal bakal lahirnya Pancasila. Salah satunya adalah tentang prinsip ketuhanan. Bung Karno banyak melakukan perenungan tentang prinsip-prinsip ketuhanan saat menjalani pengasingan di Ende, Nusa Tenggara Timur, pada tahun 1933.

Seperti apa ceritanya?
Baca selengkapnya...

"Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi setiap orang Indonesia hendaknya bertuhan dengan Tuhannya sendiri. Hendaknya rakyat bertuhan secara kebudayaan, dengan tiada egoisme agama. Marilah kita jalankan agama secara berkeadaban, saling menghormati. Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur."

Begitulah salah satu dari lima sila yang diusulkan Sukarno pada 1 Juni 1945 di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai. Cukup lama Bung Karno melakukan perenungan tentang perlunya prinsip ketuhanan sebagai salah satu sila.

Salah satu perenungan Bung Karno dilakukan saat menjalani masa pengasingan di Ende, Nusa Tenggara Timur. Dalam beberapa suratnya tokoh kelahiran Blitar, 6 Juni 1901 banyak mengungkapkan bahwa rakyat Indonesia adalah manusia yang takut kepada Tuhan.

“Kami adalah bangsa yang hidup dari pertanian, dan siapakah yang menumbuhkan segala sesuatu? Al Khalik, Yang Maha Pencipta. Kami terima ini sebagai kenyataan hidup. Jadi aku adalah orang yang takut kepada Tuhan dan cinta kepada Tuhan sejak lahir, dan keyakinan ini telah bersenyawa dengan diriku,” tulis Bung Karno dalam buku Penyambung
Lidah Rakyat dengan sub judul 'Surat dari Ende' yang dikutip detikcom, Senin (1/6/2015).

Awalnya, prinsip ketuhanan ditempatkan di urutan kelima setelah kebangsaan, internasionalisme, mufakat dan permusyawaratan, serta kesejahteraan sosial.

Kelima dasar tersebut menurut Bung Karno tidak dinamakan Pancadharma. Alasannya dharma berarti kewajiban, sementara saat itu mereka tengah membicarakan dasar negara. "Kelima dasar ini dinamakan Pancasila karena sila berarti asas atau dasar. Jika tidak ada yang senang, angka lima dapat diperas. Kebangsaan dan internasionalisme kebangsaan serta peri kemanusiaan diperas menjadi socio nasionalisme. Demokrasi dan kesejahteraan diperas menjadi satu menjadi sosio demokrasi dan tinggal ketuhanan yang saling menghormati," kata Sukarno.

Dalam pembahasan BPUPKI selanjutnya, prinsip ketuhanan menjadi urutan pertama dalam Pancasila.

Sumber :
http://news.detik.com/read/2015/06/01/135909/2930671/10/kisah-sukarno-menggali-salah-satu-butir-pancasila?9911012

MGunaji

Terimakasih atas kunjungan anda karena telah sudi membaca artikel Kisah Sukarno 'Menggali' Salah Satu Butir Pancasila . Silahkan meninggalkan komentar, berupa kritik dan saran pada kotak Komentar di bawah. Jika memang bermanfaat, anda boleh menyebarluaskan atau meng-copy artikel Kisah Sukarno 'Menggali' Salah Satu Butir Pancasila ini, dan jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya. Terima Kasih. :-)

Follow Us :

1 Response to "Kisah Sukarno 'Menggali' Salah Satu Butir Pancasila "

  1. Siap gan..kisah yng cukup menarik, jangan lupa gan mampir di blog sebelah yng gak kalah seru pantinya gan. https://evanomipan.blogspot.com

    BalasHapus